Difteri merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae yang telah terinfeksi oleh virus Lysogenic bacteriophages. Bakteri tersebut mengalami mutasi genetik melalui penyisipan(insersi) gen toksin virus ke dalam Salinan genomnya. Gejala yang terjadi pada penderita wabah difteri yang paling utama adalah terbentuknya lapisan abu-abu pada tenggorokan dan hidung yang disebut pseudomembrane. Selain itu , gejala yang timbul pada penderita adalah demam, lemah/lemas, pembengkakan kelenjar limfe pada leher, sakit tenggorokan, sulit bernafas/nafas yang tidak teratur, dan bahkan menyebabkan luka seperti borok (ulkus) pada kulit.
Wabah difteri sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin DTP yang biasanya diberikan pada saat bayi dan diulangi kembali pada saat di sekolah dasar. Infeksi ini dapat menular melalui air liur penderita, benda/objek yang terkena air liur/darah si penderita, dan luka yang terdapat pada tubuh si penderita. Jika sudah terkena wabah difteri, sebaiknya langsung mengobatinya dengan cara mengkonsumsi antibiotik seperti penisilin dan eritromisin. Selain itu juga dapat menggunakan antitoksin untuk mengikat toksin yang berum terikat dengal sel-sel dalam tubuh. Namun, untuk kasus yang cukup serius sebaiknya segera menghubungi dokter.
Daftar Pustaka :
Andreas Burkovski. . 2015. Pathogenesis of Corynebacterium diphtheriae and Corynebacterium ulcerans. Human Emerging and Re-emerging Infections, 699-709
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2016. Imunisasi Efektif Cegah Difteri.[ Ссылка ]. diakses pada 22 Desember 2017.
Mustafa,M.,Yusof,I.M.,Jefree,M.S.,dan Husain,S.S.2016. Diptheriae: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Role of Immunization in Prevention. Sabah: Journal of Dental and Medical Sciences. Vol 15, No 8:71-76.
Ещё видео!