Kehadiran seorang buah hati, menjadi moment yang dinantikan bagi sebuah keluarga. Ia merupakan anugerah Allah SWT, sebagai penyambung nasab dan puncak kebahagian dalam Berumah tangga . Anak adalah titipan teragung yang Allah amanahkan, tidak ada keluarga yang tidak menginginkan memilikinya.
Aceh yang kental nuansa Keislamannya dengan ragam corak tradisi, budaya, dan adat istiadat memiliki ciri khas tersendiri dalam menyambut anak yang baru lahir.
Sebagaimana Tuntunan Rasulullah SAW yang sering di aplikasikan dalam Serangkaian upacara menyambut kelahiran sang buah hati dalam tradisi Masyarakat Aceh diantara nya Peucicap Dalam Islam dikenal Tahnik , Aqiqah, Turun Tanah atau Peutren Aneuk. Dalam kehidupan Masyarakat Aceh biasa nya Tahnik, Aqiqah, Turun Tanah Dilaksanakan Bersamaan.
Tahnik Atau Peucicap Yaitu salah satu perkara yang dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad Sallalahu'alaihi Wasallam.
Tahnik adalah melolohkan kurma , di Aceh biasa nya dicampur madu air zam zam dan Buah buahan manis lain nya yang sudah dikunyah oleh orang tuanya atau orang shalih/shalihah dengan menggerak-gerakkan dari kiri ke kanan hingga merata di langit-langit mulut bayi dengan lembut seraya berdoa dan berzdikir di iringi bacaan Barzanji,
Sebagaimana Hadist Rasulullah shallallahu'aihiwasallam
Imam Bukhori meriwayatkan, Abu Musa r.a berkata:
وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ.
“(Suatu saat) aku memiliki anak yang baru lahir, kemudian aku mendatangi Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau memberi nama padanya dan beliau mentahnik dengan sebutir kurma.(HR. Bukhari Dan Muslim)”
Dijelaskan oleh Mustakim, Aqiqah adalah prosesi pemotongan hewan sembelihan yang dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan. Prosesi ini menjadi bentuk syukur seorang Muslim kepada Allah SWT atas kelahiran anaknya.
Melaksanakan aqiqah adalah sunah muakkad atau harus diutamakan prosesinya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: كُلُّ غُلاَمٍ رَهِيْنَةٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَ يُحْلَقُ وَ يُسَمَّى
“Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” (HR. Abu Dawud)
Ia juga mengutip salah satu hadits lain yang menyebutkan jumlah kambing yang harus disembelih.
"Dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak wanita. Dan tidak ada masalah bagi kalian apakah kambing itu jantan atau betina." (HR. Tirmidzi)
Upacara Tahnik ( Peucicap ) Aqiqah Dan Turun Tanah ( Peutroen Aneuk) yang dilakoni turun-temurun bagi masyarakat Aceh memiliki nilai religi dan filosofi yang tinggi. Prosesi ini dimaksudkan sebagai media untuk membangun tanggung jawab bersama terhadap tumbuh kembang si Anak .
Gerakan dalam Tahnik atau peucicap Ini bukan sekadar untuk menyentuh rasa agar lidah si bayi lebih sensitif, tapi rasa-rasa manis yang disentuh ke mulut langit-langit si anak juga disyaratkan tafa'ul diikuti dengan Akhlaknya yang manis (baik) pula.
Dengan melaksanakan tahnik atau peucicap berbarengan dengan kenduri Aqiqah sembari Mengundang kerabat dan sanak famili, upacara pun dimulai mentahnik si Anak dan Peusijuk (tepung tawar) oleh Ulama, Abu atau Tetua Adat.
Selanjutnya memperlihatkan cermin kepada si anak dengan tujuan agar si anak kelak tidak lupa akan kodrat manusia yang penuh dengan kekurangan, bercermin untuk melihat kekurangan diri sendiri bukan hanya melihat kekurangan dan aib orang lain. Juga diperdengarkan nasehat-nasehat yang baik kepada si anak sebagai pesan moral sejak dini.
Kemudian anak diperkenalkan dengan kitab suci Al Quran sebagai dasar utama Umat Islam, bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mempelajari dan mengamalkan segala isi yang terkandung didalamnya. Anak kemudian digendong oleh Teungku untuk dibawa keluar rumah dengan di iringi Shalawat sebagai wujud Rasa syukur juga pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Begitu juga dengan prosesi Turun Tanah ( Peutreon Aneuk ) menginjakkan kaki bayi ke tanah.
Biasanya yang memimpin menyentuhkan kakinya si anak pertama kali ke bumi saat prosesi ini, akan diisyaratkan kepada si anak agar memiliki pendirian teguh dan Iman yang kekal, sebagaimana sifat tanah.
Si anak kemudian diturunkan dan kaki langsung bersentuhan dengan tanah tepat dibawah kain yang telah dibentangkan dan dipegang oleh dua orang kerabat atau keluarga.
Salah seorang keluarga lain telah siap dengan sebutir kelapa yang akan siap dibelah dan airnya membasahi tubuh sianak yang berada dibawah kain, tafaul agar si anak menjadi pribadi yang pemberani tidak penakut. Terakhir, si anak akan dibawa menyapa seluruh keluarga dan sanak famili dan di akhiri dengan doa.
prosesi ini sekaligus sebagai simbol memperkenalkan tanah dan lingkungan kepada si anak, supaya ia memperoleh keserasian dan kecintaan terhadap lingkungan.
#tahnik#peucicap#aqiqah
