TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Korea Selatan melaporkan 91 pasien kembali positif Covid-19 meski sebelumnya sudah dinyatakan sembuh.
Terkait kasus ini, masih terdapat banyak kemungkinan yang bisa menjelaskan, mulai dari 'kambuh' hingga hasil tes yang kurang akurat.
Dikutip Tribunews.com dari Guardian, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), Jeong Eun-kyeong mengatakan bahwa mungkin virus SARS-CoV-2 ini aktif kembali artinya pasien bukan tertular atau terinfeksi ulang, Senin (13/4/2020).
Selain itu, sejumlah pakar juga menilai ada kemungkinan hasil tes yang salah, sehingga tren seperti ini bisa terjadi.
Atau mungkin masih ada sisa-sisa virus di tubuh pasien, namun tidak membahayakan orang lain.
"Ada interpretasi yang berbeda dan banyak variabel," kata Jung Ki-suck, profesor kedokteran paru di Hallym University Sacred Heart Hospital.
"Pemerintah perlu memberikan tanggapan untuk masing-masing variabel ini," sambungnya.
WHO pun memberi tanggapan terkait adanya laporan dari Seoul ini.
"Kami mengetahui laporan tentang individu yang telah dites negatif Covid-19 menggunakan pengujian PCR dan beberapa hari kemudian diuji positif lagi."
"Kami berhubungan erat dengan para ahli klinis dan bekerja keras untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kasus-kasus individual tersebut."
"Penting untuk memastikan bahwa ketika sampel dikumpulkan untuk pengujian pada pasien yang dicurigai, prosedur dipatuhi dengan benar," jelas WHO pada pernyataannya.
Menurut pedoman WHO, seorang pasien bisa keluar dari rumah sakit setelah dua kali uji Covid-19 dengan hasil negatif.
Itu dilakukan secara berturut-turut setidaknya 24 jam terpisah.
Berdasarkan studi saat ini, ada periode sekitar dua minggu antara munculnya gejala dan pemulihan pasien Covid-19 ringan secara klinis.
"Kami menyadari bahwa beberapa pasien positif PCR setelah mereka pulih secara klinis, tetapi kami membutuhkan pengumpulan sampel yang sistematis dari pasien yang pulih untuk lebih memahami berapa lama virus itu hidup," kata WHO.
Sementara itu, otoritas kesehatan Negeri Gingseng belum mengetahui pasti penyebab munculnya tren baru Corona di sana.
Kini mereka tengah menjalankan penelitian epidemiologis.
Menurut laporan Japan Times, orang yang terinfeksi ulang oleh virus ini menjadi perhatian internasional.
Sebab banyak negara berharap populasi yang terinfeksi akan mengembangkan kekebalan yang cukup untuk mencegah kebangkitan pandemi.
"Jumlahnya hanya akan meningkat, 91 hanyalah awal sekarang," kata Kim Woo-joo, profesor penyakit menular di Rumah Sakit Guro, di Universitas Korea.
Cara Korea Selatan Hadapi Pandemi
Korea Selatan sendiri dipandang sebagai satu di antara beberapa negara yang sigap menangani penyebaran virus corona.
Otoritas Korea Selatan melaporkan 600 kasus baru pada 3 Maret 2020, seperti diberitakan South China Morning Post.
Namun kemudian angka kasus baru di Korea Selatan mulai menurun.
Otoritas Korsel hanya melaporkan 131 kasus baru, itu pun seminggu kemudian.
Pihak berwenang melaporkan hanya 110 korban, pada Jumat.
Pada hari yang sama, jumlah pasien yang sembuh ada 177.
Jumlah pasien sembuh ini pertama kalinya melebihi kasus baru dalam sehari.
Presiden Moon Jae-in, menyatakan harapan bahwa Korea Selatan dapat segera memasuki "fase stabilitas" jika tren itu tetap berlanjut.
Kasus positif di Korea Selatan tidak bisa dibilang sedikit.
Namun negara ini dipandang sebagai negara yang berhasil mengendalikan laju virus, meski menempuh cara yang berbeda dengan China dan negara lain.
Pemerintah Korea Selatan telah melakukan berbagai koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak, demi menekan laju penularan Covid-19.
[ Ссылка ]
![](https://i.ytimg.com/vi/Di6ZMkxuSiE/maxresdefault.jpg)