Ada kisah menarik sehubungan dengan terbunuhnya Raden Suryawiyata. Manakala pasukan Jipang Panolan terpukul muncur, Raden Suryawiyata berhasil melarikan diri dan bersembunyi disuatu tempat. Konon, Raden Suryawiyata terkenal sangat sakti mandraguna. Tidak satupun senjata yang mampu melukainya, kecuali sebuah senjata pusaka yang dikenal dengan nama Keris Kyai Brongot Setan Kober. Dan keris ini hanya dimiliki oleh Sunan Kudus dan tersimpan di Pesantren Kudus!
Pangeran Trenggana tahu akan rahasia ini. Dia mengatur siasat jitu untuk menumpas habis lasykar Jipang Panolan. Pada suatu saat, Sunan Kudus, tanpa ada kepentingan yang jelas, dipanggil menghadap ke Demak Bintara. Sebagai seorang Penasehat Agung, mau tidak mau Sunan Kudus harus memenuhi panggilan Sultan Demak yang baru tersebut. Dengan diiringi beberapa santri pilihan dan di kawal pasukan Demak yang menjemputnya, Sunan Kudus berangkat dari Pesantren Kudus menuju Demak Bintara.
Selang beberapa waktu keberangkatan Sunan Kudus, menjelang tengah hari, Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri yang masih muda-muda, datang ke Pesantren Kudus dengan dikawal beberapa prajurid Demak. Mereka berdua mohon ijin menemui istri Sunan Kudus, konon mereka mendapat pesan dari Sunan Kudus yang kini tengah berada di Keraton Demak.
Istri Sunan Kudus mempersilakan mereka menghadap. Dihadapan istri Sunan Kudus, Pangeran Prawata mengatakan bahwa Sunan Kudus menyuruh mereka untuk mengambil Keris Kyai Brongot Setan Kober. Sunan Kudus tengah memerlukannya sekarang!
Karuan saja, istri Sunan Kudus mempercayainya. Dan tanpa menaruh rasa curiga sedikit-pun, istri Sunan Kudus memberikan Keris pusaka tersebut kepada Pangeran Prawata. Begitu Keris Kyai Brongot Setan Kober sudah ditangan, Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri mohon pamit!
Manakala Sunan Kudus pulang dari Keraton, betapa terkejutnya dia setelah mengetahui bahwa Kyai Brongot Setan Kober berhasil dibawa lari oleh Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri. Sunan Kudus marah besar! Seketika itu juga, Sunan Kudus mengirimkan kurir untuk menyampaikan kabar tersebut sekaligus mempertanyakan keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri kepada Sultan Demak. Namun, Sultan Demak memberikan jawaban melalui kurir pula bahwasanya, dia tidak tahu menahu akan urusan tersebut!
Sunan Kudus dalam dilema. Dua orang Pangeran yang telah menipu istrinya adalah putra dan putra menantu Sultan Demak. Sunan Kudus tidak berani terang-terangan dan ceroboh mengambil tindakan. Walau dia telah sadar, dia telah ditipu mentah-mentah dan Sultan Demak pasti berada dibelakang semua kejadian ini. Secara diam-diam, Sunan Kudus memerintahkan murid-murid pilihannya untuk melacak keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri. Dan dipihak Sultan Demak, keberadaan kedua Pangeran ini sengaja disembunyikan, walaupun secara diam-diam pula!
Pelacakan oleh murid-murid Sunan Kudus tidak membawa hasil. Keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri bak raib ditelan bumi. Baru beberapa bulan kemudian terdengar kabar, Raden Suryawiyata telah terbunuh di suatu tempat, dipinggir sebuah sungai dengan Keris Kyai Brongot Setan Kober masih menancap dibelikatnya! Raden Suryawiyata lantas dikenal dengan gelar Pangeran Sekar Seda Lepen ( Pangeran Bunga Yang Meninggal Disungai ).
Sunan Kudus benar-benar merasa kecolongan. Tapi posisinya saat ini benar-benar terjepit semenjak Pangeran Trenggana menduduki tahta. Dia tidak bias berbuat apa-apa secara terang-terangan!
Yang berhasil membunuh Raden Suryawiyata, tak lain memang Pangeran Prawata. Setelah berhasil membawa lari Kyai Brongot Setan Kober, Pangeran Prawata diutus memimpin pasukan khusus yang melacak tempat persembunyian Raden Suryawiyata. Beberapa bulan kemudian, tempat persembunyian Pangeran Demak itu diketemukan!
Raden Suryawiyata hanya diikuti oleh beberapa pasukan Jipang yang tak seberapa. Dan beberapa pasukan ini bias dilumpuhkan dengan mudah oleh pasukan khusus Demak! Praktis, Raden Suryawiyata kini benar-benar tanpa pengawal. Dan kehadiran pasukan khusus Demak ini juga benar-benar tidak disadari oleh Raden Suryawiyata. Kala itu, dia tengah melakukan sembahyang Dzuhur, tepat dipinggiran sungai berbatu.
Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri mengendap-endap mendekati Raden Suryawiyata yang tengah bersembahyang. Suara derasnya aliran sungai benar-benar membantu menyamarkan gerakan kedua Pangeran sehingga tidak didengar oleh Raden Suryawiyata. Dan begitu sudah sedemikian dekat, Pangeran Prawata menghunus keris Kyai Brongot Setan Kober dan segera menikam belikat Raden Suryawiyata dari belakang! Tepat waktu itu, Raden Suryawiyata tengah dalam posisi duduk!
Raden Suryawiyata menjerit kesakitan! Tubuhnya roboh kesamping! Darah menyemburat dari belikatnya dan sebuah keris tertancap disana! Mata Raden Suryawiyata nyalang mencari siapa yang telah berani menikamnya! Dan mata Raden Suryawiyata tertambat pada Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri! Dengan menggeram marah, Raden Suryawiyata berkata :
....
Ещё видео!