Angkat besi merupakan salah satu cabang olahraga unggulan bagi kontingen Indonesia, di setiap ajang multievent, termasuk di Olimpiade. Cabor angkat besi mulai menciptakan tradisi mendulang medali di Olimpiade, semenjak Olimpiade tahun 2000 di Sydney, yang ketika itu diraih Lisa Rumbewas yang meraih medali perak, sedangkan Sri Indriyani, dan Binti Slamet meraih medali perunggu. Semenjak itu, hingga Olimpiade Tokyo 2020, cabang olahraga angkat besi menjadi lumbung medali bagi kontingen Indonesia.
Meski selalu mampu menyumbangkan medali di setiap Olimpiade semenjak tahun 2000, belum sekalipun cabang olahraga angkat besi menyumbangkan medali emas bagi kontingen Indonesia. Sesuatu yang baru mampu dilakukan oleh cabang olahraga bulu tangkis. Emas di Olimpiade tentunya menjadi dambaan bagi cabang olahraga yang menjadi lumbung medali ini.
Olimpiade Paris tahun 2024 nanti tentunya akan menjadi ajang pembuktian bagi lifter-lifter Indonesia, untuk mempersembahkan medali emas perdana bagu Ibu Pertiwi.

Salah satu atlet yang tentunya memiliki ambisi tersebut adalah Eko Yuli, yang semenjak tampil pertama kali di Olimpiade Beijing 2008, selalu mampu menyumbangkan medali. Di usianya yang bisa dikatakan tak lagi muda, Olimpiade Paris 2024 dapat menjadi kesempatan terakhir, meraih mimpi tersebut.
Selain Eko Yuli, beberapa lifter muda potensial mulai muncul ke permukaan, seperti Windy Cantika, yang mampu meraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020 lalu. Atau Rahmat Erwin Abdullah, yang juga meraih medali perunggu di ajang yang sama.
Lalu bagaimana perjalanan para lifter, baik senior maupun yang muda dan berbakat ini, menuju Olimpiade Paris tahun 2024 mendatang? Bagaimana pula proses regenerasi di cabang olahraga angkat besi, untuk memastikan cabor ini tetap menjadi lumbung medali bagi Indonesia?

Website: www.cnnindonesia.com
Facebook: [ Ссылка ]
Instagram: [ Ссылка ]
Twitter: [ Ссылка ]
TikTok: [ Ссылка ]
Spotify: CNN Indonesia

свернуть