Syekh Subakir memiliki nama asli Syekh Tambuh Aly bin Syaikh Baqir. Nama ini merupakan nama asli yang dimiliki beliau sebelum menginjakkan kaki di Tanah Jawa. sa. Beliau merupakan seorang ulama dari Negara Persia yang sekarang dikenal dengan Negara Iran. Persia merupakan kawasan dengan catatan historis peradaban dan keilmuan yang unggul (Romadhon, 2017).
Dalam Kitab Musarar, Syekh Subakir merupakan salah satu anggota Walisongo generasi pertama yang diutus oleh Sultan Muhammad I atau Raja Rum, Khalifah Kesultanan Turki Utsmani untuk membabad atau “mensucikan” Tanah Jawa dari berbagai energi negative (jin dan dedemit). Sebab Tanah Jawa diproyeksikan sebagai poros Islam terbesar di dunia. Dalam hal ini Gunung Tidar dipilih karena secara geografis merupakan panjer (titik seimbang/tengah-tengah) dari Pulau Jawa.
Tanah Jawa pada masa itu digambarkan banyak dihuni oleh jin dan dedemit. Hal ini terangkum dalam Pupuh II Sinom nomor 1 yaitu:
“Awal mula yang diceritakan, disaat kekosongan tanah Jawa. Masih berupa hutan berbahaya. Isinya hanya makhluk halus, seperti dewarak-sasa dan banaspati,” (Sukri, 2011).
Sebelum Syekh Subakir datang ke Tanah Jawa, sudah banyak keluarga muslim yang telah diutus untuk menempati Tanah Jawa.
Syekh Subakir merupakan sosok yang alim serta berpengetahuan luas. Melansir dari situs History of Java, beliau pandai dalam ilmu lingkungan atau ekologi. Salah satu ajarannya adalah larangan untuk membuat sumur di kawasan bukit Gunung Tidar Magelang.
Alasannya adalah konon di kawasan tersebut terdapat sumber mata air besar yang apabila salah dalam membuat sumur dapat menyebabkan banjir besar.
Keahlian Syekh Subakir yang paling ternama adalah kemampuannya meruqyah. Menurut Syeikh al-Bani, ruqyah sendiri adalah bacaan untuk meminta kesembuhan yang berasal dari Alquran dan hadits sahih.
Melansir dari jurnal Islamisasi Tanah Jawa Abad ke-13 M dalam Kitab Musarar Karya Syaikh Subakir, para ulama kerap mengalami kendala ketika menyebarkan agama Islam.
Selain karena masalah perbedaan kepercayaan dengan masyarakat pribumi, hal lain yang menjadi tantangan adalah pengaruh magis yang masih kuat di Jawa.
Dalam Pupuh II Sinom Nomor 1 tertulis bahwa kala itu Jawa dihuni banyak jin karena kawasannya masih ditutupi hutan belantara. Konon katanya para utusan Sultan Muhammad gagal untuk menyebarkan Islam karena keangkeran tanah Jawa pada masa itu.
![](https://i.ytimg.com/vi/__yo6LvXrac/maxresdefault.jpg)