Bondan Kajawan
Bondan Kajawan atau Dyah Lembu Peteng adalah putra Prabu Brawijaya / Bhre Kertabhumi raja Kerajaan Majapahit terakhir dengan Wandan Kuning, seorang dayang yang biasa melayani permaisuri raja yaitu Putri Campa.
Bondan Kajawan lahir dengan nama Dyah Lembu Peteng, ia merupakan putra Prabu Brawijaya dengan seorang dayang putri Campa. Menurut Babad Tanah Jawi, Dyah Lembu Peteng adalah putra Prabu Brawijaya raja terakhir Majapahit dengan seorang selir. Sedangkan menurut Purwaka Caruban Nagari, Prabu Brawijaya bergelar sebagai Bhre Kertabhumi atau dalam catatan kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong disebut Kung-ta-bu-mi.
Menurut catatan Tome Pires dalam Suma Oriental, pada tahun 1513 di Jawa ada seorang raja bernama Batara Vigiaya. Ibu kota negaranya terletak di Dayo. Pemerintahannya hanya bersifat simbolik, karena yang berkuasa penuh atas kerajaan adalah Pate Udara.[1] Tokoh Batara Vigiaya ini identik dengan Brawijaya yang merupakan akronim dari Batara Wijaya. Dapat diperkirakan bahwa, tokoh Batara Wijaya inilah yang namanya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa sebagai raja terakhir Majapahit. Tome Pires kala itu mencatat bahwa raja bernama Batara Vigiaya merupakan cucu Batara Sinagara. Menurut keterangan yang diperoleh Tome Pires, konon Batara Sinagara menderita sakit jiwa. Disebutkan bahwa Batara Sinagara adalah anak dari Batara Matara.[1]
Bhre Kertabhumi alias Batara Wijaya memiliki seorang selir yang dikenal sebagai Putri Cina yang kemudian melahirkan Raden Patah. Menurut Babad Tanah Jawi, selir Tiongkok ini adalah putri Kyai Batong.[2] Karena Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yaitu Arya Damar, kemudian menurunkan Raden Kusen.[2]
Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong nama asli selir Tiongkok tersebut adalah Siu Ban Ci atau Tan Eng Kian, biasa disebut Putri Kian atau yang lebih dikenal sebagai Putri Cina yang melahirkan putra bernama Jin Bun.[3] Siu Ban Ci adalah seorang putri Tan Go Wat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Wat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar Bah Tong. Istri Kung-ta-bu-mi merasa cemburu terhadap Putri Cina dan terpaksa memberikan Putri Cina kepada Swan Liong putra Yang-wi-si-sa dan kemudian menurunkan Kin San.[3]
Dalam Babad Demak, disebutkan salah satu permaisuri Prabu Brawijaya yang bernama Dyah Dwarawati (atau Dyah Amarawati) adalah seorang Putri Campa yang beragama Islam. Putri Campa adalah adik dari Dyah Candrawulan ibunda Sunan Ampel. Jadi Sunan Ampel adalah keponakan dari Putri Campa.[4] Babad Tanah Jawi juga menyebutkan Prabu Brawijaya dengan Putri Campa menurunkan seorang putri bernama Ratna Pambayun. Ratna Pambayun kemudian menikah dengan Andayaningrat seorang adipati Pengging yang kemudian menurunkan Kebo Kanigara dan Kebo Kananga.
Kelahiran Sunting
Dalam Babad Tanah Jawi juga disebutkan bahwa Prabu Brawijaya memiliki selir yang merupakan seorang dayang bernama Wandan Kuning, ia bertugas melayani putri asal Campa yaitu Dyah Dwarawati. Karena selir ini hanya seorang dayang maka beritanya tidak boleh diketahui istana. Setelah Wandan Kuning mengandung, Brawijaya menitipkannya kepada Ki Buyut Masahar.[2] Prabu Brawijaya dengan Wandan Kuning melahirkan seorang putra bernama Dyah Lembu Peteng alias Bondan Kajawan. Bondan Kajawan ketika masih kecil dititipkan dan berguru kepada seorang petani di desa Tarub. Petani tersebut adalah Ki Ageng Tarub. Menurut Babad Demak, Ki Ageng Tarub mempunyai istri bernama Dyah Nawangwulan dan memiliki seorang putri bernama Dyah Nawangsih yang kemudian menikah dengan Dyah Lembu Peteng.[4]
Dyah Lembu Peteng menikah dengan Dyah Nawangsih, mereka mempunyai putra bernama Dyah Dukuh (Ki Ageng Wanasaba), Dyah Depok (Ki Getas Pandawa) dan seorang putri bernama Rara Kasihan (Nyai Ageng Ngerang). Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut:
Dyah Lembu Peteng atau Bondan Kajawan menikah dengan Dyah Nawangsih memiliki tiga orang putra-putri:
1. Dyah Dukuh / Ki Ageng Wanasaba
2. Dyah Depok / Ki Getas Pandawa
3. Rara Kasihan / Nyai Ageng Ngerang
4. Ki Ageng Wanasaba berputra-putri:
Ki Ageng Pandanaran / Pangeran Made Pandan menikah dengan Nyai Ageng Pandanaran berputra-putri:
Ki Ageng Pakringan menikah dengan Rara Janten berputri:
1. Nyai Ageng Laweh
2. Nyai Manggar
Ki Ageng Saba menikah dengan Nyai Ageng Saba berputra-putri:
Ki Juru Martani / Patih Mandaraka menikah dengan Ratu Mas Banten berputra:
Pangeran Mandura
Pangeran Juru Kiting
Pangeran Jagabaya
Nyai Sabinah menikah dengan Ki Ageng Pamanahan
Ki Getas Pandawa berputra-putri:
Ki Ageng Sela / Kyai Abdurrahman menikah dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) berputra
Nyai Ageng Lurung Tengah
Nyai Ageng Saba
Nyai Ageng Bangsri
Nyai Ageng Jati
Nyai Ageng Patanen
Nyai Ageng Pakisdadu.
Ki Ageng Anis / Ki Ageng Laweyan menikah dengan Nyai Ageng Laweyan berputra:
Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Sabinah
Ещё видео!