SEMARANG, KOMPAS.TV – Aksi demonstrasi yang berlangsung di Semarang kemarin berakhir tragis. Setidaknya 267 mahasiswa dilaporkan mengalami luka-luka akibat terkena gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian. Korban mengalami berbagai gejala seperti sesak napas, iritasi mata, dan batuk-batuk.
Para mahasiswa yang terluka kemudian dilarikan ke beberapa rumah sakit di Semarang, di antaranya Rumah Sakit Roemani, Rumah Sakit Karyadi, Rumah Sakit Telur Orejo, dan Puskesmas Pandanaran. Tim medis pun langsung memberikan perawatan intensif kepada para korban.
"Kondisi mereka rata-rata sama, yaitu mengalami sesak napas, iritasi mata, dan batuk-batuk akibat menghirup gas air mata," ujar seorang petugas medis di Rumah Sakit Roemani. "Ada juga beberapa yang mengalami luka memar akibat terdorong atau terjatuh saat terjadi kericuhan."
Peristiwa ini terjadi saat demonstrasi mahasiswa di kantor Gubernur Jawa Tengah pada Kamis sore. Aksi yang awalnya berlangsung damai, tiba-tiba berubah ricuh setelah terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Polisi kemudian mengambil tindakan tegas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam dari berbagai pihak. Aksi demonstrasi yang seharusnya menjadi sarana menyampaikan aspirasi, justru berujung pada kekerasan dan korban jiwa. Peristiwa ini juga menjadi sorotan publik dan memicu perdebatan mengenai penggunaan kekuatan oleh aparat keamanan dalam menghadapi demonstrasi.
