TRIBUN-VIDEO.COM - Ikon perlawanan Palestina, wanita muda bernama Ahed Tamimi (22) baru saja dibebaskan dari penjara Israel.
Ia menyoroti keadaan mengerikan di dalam penjara Israel tersebut dan menekankan penghinaan yang masih dihadapi oleh 30 tahanan perempuan setiap hari.
Seperti diketahui, Ahed Tamimi telah dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan gelombang keenam antara Israel dan Hamas.
Ia mengatakan, kurangnya kebutuhan pokok, termasuk makanan, air, dan selimut, memberikan gambaran yang suram di dalam penjara Israel.
Lebih lanjut, Tamimi juga mengungkapkan ancaman pemenjaraan terhadap ayahnya.
Dilansir dari middleeastmonitor.com pada Kamis (30/11/2023), Tamimi mengatakan bahwa 10 tahanan perempuan lainnya tiba dari Gaza meninggalkan anak-anak mereka di jalanan dengan situasi yang sangat buruk.
Berbicara di hadapan awak media seusai dibebaskan oleh Israel, Tamimi mengatakan setidaknya sepuluh wanita yang dipenjara dari Jalur Gaza ditahan dalam kondisi yang buruk oleh Israel.
Aktivis muda tersebut, mengatakan bahwa kebebasan sangat berkurang karena pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza.
“kegembiraan [kebebasan] sangat berkurang karena pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza.”
“Kami meninggalkan sekitar 30 wanita yang dipenjara, termasuk sepuluh orang dari Jalur Gaza, yang ditangkap dalam operasi darat Israel baru-baru ini [yang dimulai pada 27 Oktober] dan situasi mereka sangat buruk,” katanya.
Tamimi kemudian mengatakan, bahwa situasi di penjara Israel sangat sulit, dengan adanya kekerasan yang dilakukan setiap hari terhadap tahanan perempuan.
Para wanita tersebut, bahkan dibiarkan tanpa disediakan air atau pakaian, serta tidur di lantai dan dipukuli.
“Situasi di penjara sangat sulit, dengan adanya kekerasan yang dilakukan setiap hari terhadap tahanan perempuan. Mereka dibiarkan tanpa air atau pakaian, tidur di lantai dan dipukuli.”
“Pihak berwenang Israel mengancam saya akan [menargetkan] ayah saya jika saya berbicara tentang apa pun yang terjadi di penjara.”
Meski begitu, Tamimi mengatakan bahwa terlepas dari segalanya, ia dan orang-orang yang ditahan saat itu oleh Israel harus kuat sampai dibebaskan.
“Terlepas dari segalanya, kami lebih kuat dari penjajahan. Kami akan terus [melawan] sampai kebebasan,” katanya.
Sebagai informasi, Adapun, Tamimi termasuk dalam daftar yang dirilis oleh Kementerian Kehakiman Israel pada hari Selasa (28/11).
Seperti diketahui, Tamimi, yang yang berasal dari keluarga terkemuka di desa Nabi Salih di Tepi Barat, telah menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Yakni, melalui aksi protes dan konfrontasi dengan tentara Israel sejak ia masih berusia 11 tahun.
Sebelumnya, Tamimi dijatuhi hukuman delapan bulan penjara karena menampar dan menendang seorang tentara Israel pada tahun 2017 setelah sepupunya yang berusia 15 tahun ditembak di kepala dengan peluru karet selama protes.
Insiden itu pun direkam dan membuat remaja yang saat itu berusia 16 tahun menjadi terkenal di seluruh dunia.
(Tribun-Video.com/middleeastmonitor.com)
Artikel ini telah tayang di middleeastmonitor.com dengan judul Released, Ahed Tamimi says women in Israel's jails are beaten, left with no water or clothes,
[ Ссылка ]
Host: Nina Agustina
VP: Ika Vidya
#ahedtamimi #gaza #gazaunderattack #israel #hamasvsisrael #hamas #alqassam #idf #palestine #israelpalestineconflict #palestina #ceasefire #ceasefirenow
![](https://i.ytimg.com/vi/jW_pMRwxZ9g/maxresdefault.jpg)