Desa ini dikenal sebagai tempat terjadi Perang Puputan Bayu yang terjadi antara Pangeran Jagapati dari Kerajaan Blambangan dan VOC pada tahun 1773. Untuk itu dibangun tetenger (monumen) Perang Puputan Bayu di sala satu persimpangan desa. Destinasi wisata yang bisa dituju adalah Rawa Bayu yang menjadi yang pernah menjadi tempat pertapaan Prabu Tawangalun (Raja Blambangan) dan agrowisata Perkebunan Bayu Lor dan Bayu Kidul.
Telaga Rowo Bayu merupakan sebuah telaga yang terletak di Banyuwangi.
Rowo Bayu terletak di KRPH Perhutani Banyuwangi Barat, Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Rowo Bayu masih sangat asri dengan banyak tumbuhan yang tumbuh disekitarnya. Di sekitar Rowo Bayu terdapat sumber air dan petilasan Prabu Tawang Alun, maka tak salah jika lokasi ini dikeramatkan. Konon pada masa Prabu Tawang Alun memerintah Kerajaan Blambangan, Rowo Bayu menjadi tempat favoritnya untuk bermeditasi. Selain sebagai destinasi wisata alam, Rowo Bayu juga menjadi destinasi wisata spiritual.
Sejarah
Lokasi Rowo bayu juga dianggap merupakan cikal bakal terbentuknya Kabupaten Banyuwangi. Hari Jadi Banyuwangi terinspirasi dari perang terakhir warga Blambangan dengan penjajah atau perang 'Puputan Bayu'. Pada saat itu, prajurit Balmbangan yang dipimpin oleh pangeran jagapati bertempur dengan tentara Belanda yang dipimpin oleh Van Schaar pada 18 Desember 1771. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat setempat mengadakan ritual-ritual seperti syukuran, istighosah disekitar tempat Rawa Bayu Banyuwangi. Selain itu, Rowo Bayu juga dikenal sebagai tempat favorit Prabu Tawang Alun untuk bermeditasi. Prabu Tawang Alun merupakan Raja yang tersohor dalam sejarah pembentukan Banyuwangi. Diceritakan jika Prabu Tawang smengalami kesedihan berkepanjangan karena sang adik yang bernama Wiro Broto meninggal setelah melawan Prabu Tawang ALun. Wiro Broto saat itu merasa iri dengan Prabu Tawang Alun kakaknya dan melakukan penyerangan namun gagal. Kesedihan yang berkepanjangan membuat prabu Tawang Alun pergi dari kerajaan dan memilih untuk menenangkan hati dan bertapa di kaki bukit gunung Raung. Tepatnya diatas batu petilasan Prabu Tawang Alun yang masih ada hingga kini di Rowo Bayu. Menurut legenda yang diceritakan turun temurun, saat prabu Tawang Alun bertapa ada seekor macan sakti yang menemaninya hingga akhir hayatnya. (2)
Follow Akun Kami
IG : [ Ссылка ]
FB : [ Ссылка ]
YT : [ Ссылка ]
Ещё видео!