Difteria adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria dari biotipe gravis, mitis atau intermedius. Penyakit diberi nama serupa dengan bakteri penyebabnya. Bakteri ini terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Timbulnya lesi yang khas disebabkan oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi. Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteria faringotonsiler, diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak. Pada kasus-kasus yang sedang dan berat ditandai dengan pembengkakan dan oedema di leher dengan pembentukan membran pada trachea secara ekstensif dan dapat terjadi obstruksi jalan napas.1,2,3 Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, toksin yang dihasilkan oleh kuman ini sering menyebabkan penyakit yang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis.
Daftar Pustaka
Efstratiou A, George RC. Laboratory guidelines for the diagnosis of infections caused by Corynebacterium diphtheriae and C. ulcerans. Commun Dis Public Health. 1999: 2: 250-7. 11.
Handayani S. Deteksi Kuman Difteri Dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). CDK- 191/ vol. 39 no. 3. 2012.
Pimenta FP, Hirata R, Rosa ACP, Milagres LG and Mattos-Guaraldi AL. A multiplex PCR assay for simultaneous detection of Corynebacterium diphtheriae and differentiation between nontoxigenic and toxigenic isolates. JMM.2008:14381439.
Sunarno, Sariadji K, Holly Arif Wibowo. Potensi Gen dtx dan dtxR sebagai Marker dalam Metode Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas Corynebacterium diphtheriae. 2011.
![](https://i.ytimg.com/vi/qZFnmsYzsBQ/mqdefault.jpg)