Batavia punya masalah lingkungan yang parah pada abad ke-18. Sanitasi dan sistem drainasenya sangat buruk. Pelbagai penyakit mematikan seperti malaria, disentri, dan kolera merebak. Angka kematian meningkat sampai-sampai julukan “Ratu dari Timur” yang sempat disandang Batavia kerap diplesetkan menjadi “Kuburan dari Timur”.
Tahun 1795, tingginya tingkat kematian membuat komplek permakaman di Kota Lama, yakni di Nieuwe Hollandsche Kerk yang sekarang menjadi museum wayang, tidak muat lagi menampung jenazah baru. Pemerintah kolonial pun membuat kompleks permakaman baru di Kebon Jahe Kober.
Buruknya kondisi kesehatan di Kota Lama Batavia mendorong Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) memindahkan pusat pemerintahan dan militer ke daerah Weltevreden atau daerah Gambir dan sekitarnya. Namun, situasi di wilayah ini pun kemudian beranjak memburuk.
Warsa 1916, Hendrik Freerk Tillema—seorang ahli kesehatan lingkungan yang berdinas di Semarang—menulis studi tentang buruknya kondisi kesehatan kota-kota di pesisir utara Jawa, termasuk Batavia.
“Umumnya kota-kota pelabuhan udaranya panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Hawa tidak nyaman, mengakibatkan orang cepat lelah, semangat kerja menurun,” tulis Haryoto Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (2014) mengamini hasil kajian Tillema.
Ia kemudian mengusulkan kepada Gubernur Jenderal Johan Paul van Limburg Stirum (1916-1921) untuk memindahkan ibu kota Hindia Belanda ke daerah pergunungan yang sejuk. Dari sejumlah daerah yang masuk daftar nominasi, terpilihlah kota Bandung.
Seperti diungkapkan seorang penulis dalam Almanak Voor Bandoeng (1920) yang dikisahkan Kunto, Bandung adalah kota yang “layak disebut sebagai tempat permukiman yang cantik dan paling sehat di Nusantara. Letak ketinggian kota lebih kurang 730 meter di atas permukaan laut, menyebabkan kotanya memiliki iklim udara yang segar nyaman”.
Daerah pegunungan Bandung pun secara topografi dinilai sangat strategis sebagai benteng alam yang kokoh untuk menangkal ancaman militer. Hal ini didasari juga oleh pengalaman pahit Belanda yang mengalami kekalahan telak dari pasukan Inggris yang dipimpin Lord Minto saat menyerang Batavia di permulaan abad ke-19.
Ещё видео!