Ilustrasi Sejarah Kerajaan/Kemaharajaan/Kedatuan Sriwijaya (Srivijaya Empire)
650 M - Kemungkinanan berdirinya kerajaan Sriwijaya.(?)
671 M - Biksu I Tsing/ Yi Jing dai China (Dinasti Tang) belajar di Sriwijaya selama 6 bulan dalam perjalanannya menuju Universitas Buddha di Nalanda, India Timur.[2]
683 M - Dapunta Hyang Sri Jayanasa memimpin 20.000 pasukan bergerak dari laut dan darat, berangkat Palembang menuju Jambi menaklukkan kerajaan Jambi (Prasasti Kedukan Bukit)(Sumber Dinasti Tang 'Hsin T’ang-shu')
684 M - Pembangunan taman Sriksetra di Bukit Seguntang, Palembang (taman Botani) (Prasasti Talang Tuo)
686 M - Raja Sriwijaya melakukan ekspansi ke pulau Bangka dan melakukan ekspedisi militer ke Jawa (Tarumanegara & Kalingga ?), yang belum tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya.(Prasasti Kota Kapur)
awal abad ke-7 - Dapunta Salendra berkuasa di Pantai Utara Jawa Tengah.(Prasasti Sojomerto)
775 M - Kekuasaan Sriwijaya dibawah dinasti Sailendra meluas hingga ke selatan thailand (Nakhon Si Thammarat & Pattani) dibawah kepemimpinan Raja Dharmasetu yang membangun kuil Buddha di Ligor, Thailand Selatan.(Prasasti Ligor, Thailand)
Dinasti Sailendra (Raja Dharanindra) juga mulai membangun Borobudur di Pulau Jawa. (Prasasti Karangtengah)
Abad ke-7 - Kekuasaan Sriwijaya meluas hingga delta sungai Mekong di Kamboja. Raja Samagrawira menunjuk Jayavarman II untuk mewakili pemerintahan shailendra di Indrapura, Kamboja.(The Stele of Sdok Kak Thom)
767 M - Sriwijaya melakukan penyerangan ke pesisir kerajaan Dai Viet (Vietnam Utara)[1]
787 M - Sriwijaya melakukan penyerangan ke pesisir kerajaan Champa (Vietnam Selatan)[1]
802 M - Jayawarman II memberontak terhadap kekuasaan Sailendra dan mengangkat dirinya sebagai raja, dari kerajaan Khmer di Kamboja bebas dari pengaruh Sriwijaya-Sailendra di Jawa.(The Stele of Sdok Kak Thom)
830 M - Pelaut dan keluarganya (+- bersama 30 wanita) dari Wilayah Sriwijaya mendirikan koloni di Madagaskar, Afrika.[3]
852 M - Raja Sailendra di Jawa, Balaputradewa kalah dalam peperangan terhadap Rakai Pikatan yang memberontak terhadap kekuasaan Sriwijaya-Sailendra. Balaputradewa kalah kemudian mundur ke Palembang dan tetap melanjutkan pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
860 M - Raja Sriwijaya, Balaputradewa mendirikan kuil Buddha di Nalanda di India Timur. (Nalanda Inscription)
937 M - Sriwijaya menyerang kerajaan Medang di Jawa, Pasukan Sriwijaya berhasil dipukul mundur oleh Mpu Sindok (Prasasti Anjuk Ladang)
990 M - Kerajaan Medang menyerang balik kerajaan Sriwijaya, namun serangan ini berhasil dipukul mundur oleh Sriwijaya.[1]
1006 M - Kerajaan Medang menyerang kembali kerajaan Sriwijaya, namun serangan ini berhasil dipukul mundur oleh Sriwijaya lagi [1]
Sri Maravijayottungavarman, raja Sriwijaya, mendirikan wihara 'Chudamanivarmavihara' di Nagapattinam, India, wilayah kerajaan Chola.
1016 M - Sriwijaya menyerang kembali kerajaan Medang, Istana Watugaluh berhasil dihancurkan dan Raja Dharmawangsa beserta mayoritas keluarganya terbunuh.[1]
1013 M - Biksu Atisha, dari Bengal (Banglades) belajar kepada biksu Suvarnadvipi (Serlingpa) dan menetap di Sriwijaya (Sumatra) selama 12 tahun dan pulang ke India/Banglades pada 1025 M.[7]
1025 M - Sriwijaya (palembang) beserta 11 kota di wilayah sriwijaya (Sumatra dan Semenanjung Malaya) lainnya diserang oleh armada Kerajaan Chola, India, dibawah pimpinan Rajendra Chola I. Raja Sriwijaya Sangrama Vijayatunggavarma berhasil ditangkap oleh Pasukan Chola (Tanjore Inscription).
Kota yang diserang :
Sriwijaya (Palembang),Pannai (Pane, Sumatra Utara), Ilangsoka (Langkasuka, Thailand selatan), Malaiyur (Jambi), Mayirudingam (Chaiya, Thailand Selatan), Mapappalam (Myanmar Selatan),Kadaram(Kedah, Malaysia), Talaittakkolam (Takuapa, Thailand Selatan), Ilāmuridēśam (Lamuri, Aceh), Nakkavaram (Kep. Nikobar, Utara Aceh),Mēviḷimbangam, Vaḷaippandūru, Mādamālingam (Mandailing, Sumatra Utara)
Sumber :
1. Coedès, Coedès, The Indianized States of Southeast Asia, p. 100; and "On the Origin of the Sailendras of Indonesia", Journal of the Greater India Society 1, 1934
2. I-Tsing, Chinese Monks in India, Biography of Eminent Monks Who Went to the Western World in Search of the Law During the Great tang Dynasty, Translated by Latika Lahiri, Delhi, etc.: Motilal Banarsidass, 1986
3. A small cohort of Island Southeast Asian women founded Madagascar. Murray P. Cox, Michael G. Nelson, Meryanne K. Tumonggor, François-X. Ricaut, Herawati Sudoyo
Published 21 March 2012, Proceedings of the Royal Society, Volume 279, Issue 1739.
4. O. W Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History, Cornell University Press; First Edition edition (1970)
5. D. G. E. Hall, A History of Southeast Asia, London: Macmillan Limited,1955
6. W. M. Sirisena, Sri Lanka and South-East Asia: Political, Religious and Cultural Relations from A.D. C. 1000 to C. 1500,Brill Archive (1978).
7. Atisa Dipamkara translated by Thupten Jinpa, The Book of Kadam, The Library of Tibetan Classics, Wisdom Publications, 2008.
![](https://i.ytimg.com/vi/shnfDssDXp4/mqdefault.jpg)